Tanggalnya Satu Persatu Pesona Indis di Sidoarjo

Tanggalnya Satu Persatu Ingatan Akan Pesona Indis ( Hindia Belanda ) di Sidoarjo

oleh : Satriagama Rakantaseta

Sedih rasanya menyaksikan sebuah rumah tua namun megah yang terletak di jantung Kota Delta Sidoarjo yang mungkin sebentar lagi akan hilang tergusur kepentingan ekonomi.

Sebuah rumah tua berarsitektur khas bangunan Hindia Belanda hari kemarin ini atap genting bagian depannya sudah tidak ada lagi. Mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi, rumah itu pun akan hilang. Padahal, rasa gelisah atas hilangnya stasiun-stasiun tua di Sidoarjo pun sebetulnya belum selesai.

Kenangan Haus 1892 yang Hilang

Celakanya lagi, hal tersebut terjadi pada saat kota-kota lain di Indonesia sedang getol-getolnya mempercantik bangunan-bangunan tua agar menarik perhatian para calon wisatawan yang mungkin saja tertarik untuk berkunjung.

Para stakeholder yang terkait langsung dan yang seharusnya mampu untuk melakukan upaya pencegahan terlihat tidak berdaya atau bahkan tidak perduli atas kejadian tersebut.

Yang jelas, para pegiat ruang sejarah Kabupaten Sidoarjo akan semakin kesulitan untuk menceritakan rupa wajah Sidoarjo di masa lalu. Momentum-momentum penting sejarah seringkali dianggap tak penting karena mungkin dianggap kehilangan konteks zaman. Padahal, seharusnya yang memiliki kuasa atas perkembangan zaman tersebut adalah ya manusia (masyarakat) itu sendiri bukan ? Tentunya dalam hal ini adalah manusia sebagai sebuah subyek atas perkembangan zaman yang ada.

Kini Haus Indi 1892 – Diruntuhkan

Ketika masyarakat sudah terlalu nyaman dengan situasi dimana semua kebutuhan hanya tinggal membeli, maka bisa dipastikan bahwa masyarakat dengan model seperti ini hanya akan terbawa arus perubahan zaman yang telah diciptakan oleh masyarakat yang lain yang memposisikan diri mereka sebagai subyek perkembangan zaman.

Di negara-negara maju, telah lama muncul kesadaran akan pentingnya masa lalu sebagai sebuah materi ilmu pengetahuan, karena masa lalu pun telah diciptakan oleh para arsitek perkembangan zaman melalui upaya-upqya yang tentunya ilmiah pada zamannya sehingga manusia tetap dapat hidup hingga hari ini.

Tentang penghargaan masyarakat akan eksistensi masa lalunya adalah masyarakat yang hidup di Kota Paris. Hal ini dapat menjadi sebuah contoh yang bagus dimana para pihak yang memiliki kewenangan atas tata kotanya membelah Paris menjadi dua bagian secara tegas, kota lama dan kota baru yang hidup berdampingan dengan damai.

Masa lalu bukanlah barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Ruang masa lalu adalah sebuah materi penting berupa fondasi budaya dan tradisi bagi setiap insan manusia untuk bernegosiasi dengan upaya pengembangan budaya dan tradisi masa depannya di dalam ruang masa kini. Tanpa menciptakan ruang negosiasi tersebut secara mandiri, kita lagi-lagi akan hanya menjadi konsumen hasil perkembangan budaya dan tradisi dari ruang-ruang negosiasi yang diciptakan oleh masyarakat lain diluar sana selain kita.

Salam budaya.

Satriagama Rakantaseta – Penggiat Budaya

Foto Haus 1829 – Lama
Wisata Daery – Ayurizka Purwadhania
Foto Haus 1829 – Baru
Candri D

Lainnya