Menilik Banjir Sidoarjo 2025 Dari Perspektif Sejarah ( Part-2 Habis )

oleh : Satriagama Rakantaseta

Dalam konten instagram @rumahbudaya.sda tertanggal 17 Januari 2025, kami pernah mengunggah sebuah konten tentang lebar sungai yang terdapat di wilayah, Barengkrajan dan Tempel, Kecamatan Krian. Dahulu, menurut dugaan kami, wilayah Barengkrajan dan Tempel berada di tengah aliran sungai yang lebarnya hampir 3 km.

Hal ini merupakan kesimpulan kami dari pembacaan ini Prasasti Trowulan I (Canggu) tahun 1358 Masehi, yang menyebutkan eksistensi beberapa desa penambangan (penyeberangan sungai) yang terdapat sebelah selatan Sungai Kalimas dan di sebelah utara Sungai Mangetan (Mangetan Kanal) di wilayah Krian saat ini.

Ketika hari ini kedua wilayah tersebut adalah daratan, maka kemungkinan besar, kedua wilayah tersebut (Barengkrajan dan Tempel) berada di tengah-tengah aliran anak Sungai Brantas yang sangat lebar di masa kuno. Kemungkinan besar, daratan hasil sendimentasi di kedua wilayah tersebut relatif agak berbentuk cekung, sehingga sangat mungkin untuk kebanjiran.

Sebetulnya, problem banjir di Zona Delta Brantas sudah ada sejak abad ke 19, terutama di beberapa titik di Jabon, Porong, Tanggulangin dan Prambon. Berita banjir Sidoarjo kerap dimuat dalam beberapa koran terbitan Hindia Belanda.

Pemanasan global yang terjadi akibat berkembang pesatnya industrialisasi di berbagai macam bidang yang menghasilkan suhu bumi yang lebih tinggi telah mengakibatkatkan mencairnya es di kawasan kutub bumi. Kekhawatiran para ahli akan peristiwa banjr akibat mencairnya es telah dikemukakan beberapa dasawarsa terakhir.

Menyelesaikan perkara banjir Kabupaten Sidoarjo, tentunya harus menggunakan beberapa dasar yang penting, salah satu halnya adalah dasar pemahaman bahwa wilayah Kabupaten Sidoarjo berada didalam Zona Delta Brantas, dimana sendimentasi anak-anak Sungai Brantas masih terus berlangsung sehingga dapat membuat anak-anak Sungai Brantas yang melintasi wilayah Kabupaten Sidoarjo menjadi dangkal.

Cara yang komprehensif untuk menyelesaikan problem banjir atas pendangkalan sungai yang diakibatkan oleh proses sendimentasi adalah dengan cara mengeruk material sendimentasi tersebut atau membangun kanal-kanal baru, seperti yang dilakukan oleh Pemerintahan Hindia Belanda di zaman kolonial.

Selain itu, dibutuhkan pemetaan ulang level ketinggian daratan dari ketinggian pemukaan air, pemerintah daerah dapat melakukan zonasi ketinggian daratan serta membuat peraturan-peraturan yang membatasi pengembangan wilayah pemukiman warga di zona-zona yang ketinggian permukaan daratannya relatif rendah guna menghindari problem kebanjiran di kawasan-kawasan pemukiman baru di kemudian hari.

Bagi Pemerintah Daerah Sidoarjo, segeralah membangun kompleks TPA dan sistem pembuangan sampah yang solid dan mumpuni. Nah, bagi masyarakat Sidoarjo tercinta, tetaplah menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.

Salam budaya.

Satriagama Rakantaseta – Penggiat Budaya

Lainnya