
oleh : Satriagama Rakantaseta
Sedih rasanya menyaksikan sebuah rumah tua namun megah yang terletak di jantung Kota Delta Sidoarjo yang mungkin sebentar lagi akan hilang tergusur kepentingan ekonomi.
Sebuah rumah tua berarsitektur khas bangunan Hindia Belanda hari kemarin ini atap genting bagian depannya sudah tidak ada lagi. Mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi, rumah itu pun akan hilang. Padahal, rasa gelisah atas hilangnya stasiun-stasiun tua di Sidoarjo pun sebetulnya belum selesai.

Celakanya lagi, hal tersebut terjadi pada saat kota-kota lain di Indonesia sedang getol-getolnya mempercantik bangunan-bangunan tua agar menarik perhatian para calon wisatawan yang mungkin saja tertarik untuk berkunjung. Para stake holder yang terkait langsung dan yang seharusnya mampu untuk melakukan upaya pencegahan terlihat tidak berdaya atau bahkan tidak perduli atas kejadian tersebut.
Momentum-momentum penting sejarah seringkali dianggap tak penting karena mungkin dianggap kehilangan konteks zaman. Padahal, seharusnya yang memiliki kuasa atas perkembangan zaman tersebut adalah ya manusia ( masyarakat ) itu sendiri bukan?

Ketika masyarakat sudah terlalu nyaman dengan situasi dimana semua kebutuhan hanya tinggal membeli, maka bisa dipastikan bahwa masyarakat dengan model seperti ini hanya akan terbawa arus perubahan zaman yang telah diciptakan oleh masyarakat yang lain yang memposisikan diri mereka sebagai subyek perkembangan zaman.
Di negara-negara maju, telah lama muncul kesadaran akan pentingnya masa lalu sebagai sebuah materi ilmu pengetahuan, karena masa lalu pun telah diciptakan oleh para arsitek perkembangan zaman melalui upaya-upaya yang tentunya ilmiah pada zamannya sehingga manusia tetap dapat hidup hingga hari ini.
Masa lalu bukanlah barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Masa lalu adalah materi penting berupa fondasi budaya dan tradisi bagi setiap insan manusia untuk bernegosiasi dengan upaya pengembangan budaya dan tradisi masa depan di hari ini. Tanpa menciptakan ruang negosiasi tersebut secara mandiri, kita lagi-lagi akan hanya menjadi konsumen hasil perkembangan budaya & tradisi bangsa lain.
Salam budaya.
Satriagama Rakantaseta – Penggiat Budaya