Reog Cemandi Sidoarjo ! Sekilas ini mirip dengan Reog Ponorogo.
Situs resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan stempel Kesenian Reog Cemandi ‘sah milik’ Sidoarjo.
Diriwayatkan !

Kehadiran Reog Cemandi dikisahkan saat pemilik pondok di kawasan Sidosermo Panjang Jiwo Surabaya, Abdul (Dul) Katimin ingin mengembangkan ‘silahturahmi’ ke Sidoarjo.
Dikala menikmati perjalanan, bertemu sekelompok petani yang sedang menabuh kendang sambil menunggu salat Ashar.
Ada ingin menghampiri dan lebih memperkenalkan agama Islam melalui budaya. Gayung bersambut, ternyata sekelompok petani itu mantan gemblak seorang warok di Ponorogo.
Gemblak identik pendamping warok untuk olah kanoragan
Para mantan gemblak itu kemudian sepakat ingin menemani perjalanan Katimin ke Sidoarjo. Desa Cemandi, wilayah di ujung timur Sidoarjo dijadikan tempat istirahat dan membangun silahturahmi dengan warga lokal. Para mantan gemblak ‘pengikut’ Abdul Katimin pun seolah tak mampu abaikan kebiasaannya menabuh kendang.
Katimin pun perlahan-lahan memanfaatkan kebiasaan itu untuk menyelipkan pesan-pesan dakwah Islami. Tabuhan kendang dimainkan seperti tabuhan rebana untuk mendatangkan masyarakat untuk beribadah atau salat berjemaah di masjid.
Situs resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, menuliskan Reog Cemandi sudah ada sejak tahun 1922. Kesenian tradisional ini berasal dari Desa Cemandi, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
Fungsinya : mengusir penjajah Belanda dan mirip gerakan tarian pejuang santri pondok pesantren Sidosermo Surabaya.
Warga mulai memainkan kesenian Reog Cemandi saat tentara Belanda hendak menyerang warga. Belanda dibuat ketakutan dan mengurungkan niatnya menyerang Desa Cemandi lantaran penampakan Reog Cemandi yang terlihat menyeramkan. Kesenian ini juga rutin ditampilkan untuk mengusir roh jahat dan berbagai bentuk keburukan.
Jumlah pemain Reog Cemandi mencapai 13 orang, yang meliputi penari barongan, pemusik atau penabuh gendang, dan pemain angklung.
Barongan Lanang
Topeng Barongan Lanang, aktualisasi wajah menyeramkan, berwarna merah dan berkumis.
Mengenakan pakaian serba hitam, kaus lerek atau kaus polos berwarna merah, dilengkapi senjata pedang. Biasanya didampingin Topeng Barongan Wadon menyerupai sosok wanita cantik dengan wajah berwarna putih. Berpakaian kebaya atau batik dengan membawa selendang.
Pemusik Reog Cemandi
Ada 6 – 7 personil yang memainkan kendang berlapis kulit kambing di satu sisi atas. (Tac)