
Tedak Siten ! Satu diantara sekian banyak tradisi adatJawa yang masih dilestarikan; termasuk di Sidoarjo. Filosofi yang ‘diyakini’, terwujudnya harapan anak tumbuh sebagai individu mandiri, berani, berbakti kepada orang tua dan lingkungannya.
Adat ini menandai kali pertama seorang bayi menginjakkan kaki di tanah ( mudun lemah). Biasanya saat buah hati berusia sekitar tujuh bulan. Saat mulai belajar duduk, merangkak, atau berjalan.
Pelestarian adat Tedak Siten biasanya ditandai dengan :
Membersihkan kaki:
Orang tua membasuh kaki bayi sebelum menginjak tanah, melambangkan kesucian dalam mengarungi kehidupan.
Berjalan melewati jadah:
Bayi berjalan di atas tujuh jadah (kue ketan) dengan warna berbeda, yang melambangkan batasan hidup yang akan menghadap.
Menaiki tangga tebu:
Bayi berbaring ke tangga yang terbuat dari tebu, melambangkan harapan agar anak memiliki tekad yang kuat dalam menjalani kehidupan.
Masuk kurungan:
Bayi dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berisi berbagai benda, dan anak mengambil salah satu benda, yang dipercaya dapat menggambarkan minat atau profesi anak di masa depan.
Mengasuh anak:
Bayi dimandikan dengan air bunga, sebagai doa agar anak dapat mengharumkan nama baik keluarga.
Udhik-udhik:
Uang logam dan bunga ditaburkan, yang diperebutkan oleh tamu, sebagai simbol keberkahan dan kemakmuran.
Secara keseluruhan, bagi Orang tua ini merupakan wujud syukur dan memohon melalui doa agar buah hatinya dianugerahi berkah, sehat dan siap mengenali tantangan hidup yang mandiri, rasa hormat dan menjalin hubungan baik dengan siapa pun di sekitarnya.
cat – dari berbagai sumber – foto ilustrasi-ist